Emas yang saya bahas kali ini bukanlah emas secara nyata yang dapat dilihat, terang saja karena terkubur jadi tidak bisa terlihat.hhe… Tidak, bukan itu. Emas yang saya maksud adalah sebuah nasihat. Ya, nasihat. Mungkin beberapa dari kalian ada yang bertanya-tanya, tetapi sadarkah kalian bahwa nasihat itu sama berharganya atau bahkan lebih berharga dari emas.
Beberapa orang yang menerima nasihat berfikir “ Jangan sok menggurui”, “ah, just teori”, “imposible” dan masih banyak lagi tanggapan negatif tentang sebuah nasihat. Nasihat memiliki arti penting dalam sebuah kehidupan.
Saya teringat dengan kata-kata Pakdhe (sebutan untuk kakak dari orangtua kita) ketika saya masih kecil pada saat sungkem di hari Raya Idul Fitri beliau berkata “Wong tuo yo mung biso maringi wejangan lan dongo, kabeh iki dinggo apik-apikmu dewe mumpung koe isih enom lan durung kebacut” yang artinya “orang tua cuma bisa memberi nasihat dan doa, semua ini untuk kebaikanmu sendiri mumpung masih muda dan belum terlanjur”.
Kata-kata itulah yang menyadarkan saya dan terus saja terngiang dalam pikiran saya, dan benar saja bahwa kita bisa belajar dari sebuah nasihat. Ada orang yang beranggapan bahwa pengalaman adalah guru terbaik, tapi apakah waktu kita cukup untuk melakukan semua kesalahan itu baru kita belajar dari sebuah kesalahan yang kita lakukan? Kita bisa belajar dengan media apapun, dari siapapun, kapanpun dan dimanapun. Bahkan kita bisa belajar dari kesalahan yang diperbuat oleh orang lain.
Pak Mario Teguh pernah berkata “Orang yang besar adalah orang yang mau menerima nasihat-nasihat positif”. Jadi mulai sekarang biasakanlah diri anda untuk mau menerima nasihat-nasihat positif.
Tata, titi, teteg, tatag, tatas, titis.
Yang artinya tata (teatur), titi (teliti), teteg (tetap tegap dan tidak goyah), tatag (berani mengambil resiko), tatas (tegas dan jelas), titis (selalu tepat sasaran dengan jitu) tentunya dilengkapi dengan keimanan dan taqwa.
Keep spirit!!
Posting Komentar